Sayang,

Kuantarkan mawar di hadapanmu dengan dada yang ditembak peluru.
Apa kau menerimaku yang berlumuran darah dalam peperangan melawan kehidupan?
Kutarik jari tanganmu yang bersih untuk mencuci darah di dadaku.
Dan kuusap wajahmu yang sebentar lagi akan merah terkena luka - luka...

Mengapa banyak orang takut dengan darah lalu memilih hidup menjadi lintah???

Sayang,

Ketakutan adalah bayang - bayang di dalam kelopak mataku.
Yang semakin jelas kala bola mataku yang merah dan sayup memandang lurus ke dalam bola matamu.
Kau menatapku sambil bicara : "Apakah akan terus kau arungi hidup di atas lautan ketakutan?"
 
Kukatakan padamu : "Telingaku mendengar teriakan payah mereka yang merengek matahari di atas semesta yang penuh kegelapan! Tangan mereka berdarah dan tenaganya habis. Sambil memanggil - manggil Tuhan untuk mengantarkan zabaniyahnya dan membawa turun Ridwan agar yang mati kelelahan dapat diantar ke depan pintu surga!"
 
Jika begitu, apakah kau rela hidup bersamaku melebur dengan ketakutan mereka? 
Sementara matahari hanya bergerak sejengkal pada jangka waktu seabad lamanya?
Dan sementara dadaku yang kau rawat belum sembuh dan selalu basah karena tidak mendapat panas...

Ketahuilah sayang, bahwa hidup bagiku adalah pilihan antara mendapat luka atau menjadi lintah yang melukai.

Jika kau katakan ya, maka kita akan memperjuangkan kehidupan untuk masa depan keturunan kita yang baru.
Dan hidup adalah tumpukan orang - orang yang mati, yang berkorban untuk kehidupan hari depan.

Aku mencintaimu,

Bahwa darahku yang menetes di atas tanah, adalah obat bagi keturunan..
Bahwa surga adalah dunia yang dibangun dengan ketakutan sekaligus harapan.
Bahwa masih ada dan masih bisa memperjuangkan hidup yang layak di atas dunia!



Bekasi, 25 Agustus 2019
 

Post a Comment

Previous Post Next Post