Altruisme adalah sikap atau naluri untuk memperhatikan dan mengutamakan kepentingan dan kebaikan orang lain. Altruisme berkebalikan dengan sifat egois yang lebih mementingkan diri sendiri. 

Seseorang yang melakukan altruisme disebut sebagai altruis. Segala kebaikan yang dilakukan seorang altruis biasanya muncul secara tulus tanpa ada rasa pamrih. Meski sikap ini sangat terpuji dan berdampak positif pada masyarakat, altruisme juga dapat berdampak buruk bagi pelakunya jika dilakukan secara berlebihan. Karena di sisi lain, orang dengan sifat altruisme bisa mengambil keputusan berisiko tanpa menimbangnya matang-matang. Bahkan sampai mengancam keselamatan dirinya sendiri.

Dalam hidup sering kali kita mendengar bahwa :

"Kamu jangan begini dan jangan begitu.. kasihan orang ini dan orang itu... Apakah kamu tidak memikirkan perasaan dia?"

"Kamu jangan begini  dan begitu ... kasihan orang ini dan orang itu.. mereka masih membutuhkan mu."

Lalu akhirnya timbullah satu pertanyaan.

"Apakah orang yang kita pikirkan perasaannya ini, orang yang kita jaga perasaannya ini, juga memikirkan perasaan kita?"

"Bagaimana jika  mereka tidak memikirkan perasaan mu?"

"Apakah orang yang kita bantu selama ini, merasa mereka membutuhkan mu?"

"Bagaimana jika, mereka tidak merasa membutuhkan mu?"

Dengan kata lain, bisa saja orang yang kita bantu selama ini bahkan sebenarnya tidak merasa dan tidak ingin kita bantu? Bahkan bagi mereka kita hanya angin lalu?

Pada dasarnya, segala kebaikan yang dilakukan tanpa pamrih untuk orang lain adalah bentuk tindakan terpuji. Meski begitu, perlu diingat bahwa naluri menolong orang lain juga perlu diimbangi dengan naluri bertahan hidup. Ketika altruisme dijalankan tanpa rem, bisa-bisa sikap ini malah berdampak buruk pada diri Anda atau orang terdekat Anda. Jika Anda merasa pernah atau bahkan sering berakhir merugi karena menolong orang lain, mungkin Anda perlu mengubah pola pikir Anda. Ingat bahwa diri Anda sendiri juga penting dan harus diutamakan dibanding orang lain.

Mungkin terdengar sangat egois, namun kadang sifat egois diperlukan. Faktanya, kamu perlu menjadi egois dengan menghabiskan waktu untuk dirimu sendiri, tidak melulu harus orang lain.

Saya menyadari bahwa ketika kita mengambil sebuah keputusan, kita terlalu memikirkan perasaan orang lain. sedangkan mereka belum tentu memikirkan perasaan kita.

Kita kadang terlalu mengorbankan diri kita untuk menolong mereka, sedangkan mereka belum tentu merasa kita menolong mereka.

Kita kadang lupa satu hal yang paling penting di dunia ini, DIRI ANDA SENDIRI.

Kita terlalu sering memikirkan orang lain, sampai kita melupakan diri kita lah yang mesti kita pikirkan.

Kadang kita harus menjadi sedikit egois, karena kita harus memikirkan bagaimana kita harus menjalani hidup kita. Bukan memikirkan bagaimana perasaan mereka atau mereka membutuhkanku bagaimana caranya menolong mereka.

Jika di antara kalian memiliki masalah yang sama, mari bersama-sama kita mulai menjadikan diri kita sendiri sebagai prioritas utama.
Kadang kita hanya lupa, betapa pentingnya diri kita sendiri. Loving yourself isn't vanity. Its Sanity!

 

Post a Comment

Previous Post Next Post